PADANG, HALUAN — Setelah beberapa kali terundur, Bus Trans Padang hari ini, Kamis (13/2) diresmikan pengoperasiannya oleh Walikota Padang Fauzi Bahar. Bus Trans Padang tersebut akhirnya mengaspal setelah menunggu beberapa bulan, karena terkendala anggaran.
Bus Trans Padang berkapasitas penumpang 40 orang tersebut akan dikelola oleh pengusaha bus kota dengan bekerja sama dinas Perhubungan Kota Padang. Namun, manajemen pengoperasian Bus Trans Padang tersebut di bawah Dinas Perhubungan, termasuk pemberlakuan tarif datar dimana ongkos untuk umum Rp3.500 dan untuk pelajar Rp1.500.
“Bus Trans Padang ini diresmikan di lahan eks kantor Satpol PP Jalan Bagindo Aziz Chan Padang,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Padang, Raju Minropa, Rabu (12/2) kemarin.
Bus Trans Padang tersebut berjumlah 10 unit dengan rute yang dilewati merupakan rute bus kota, mulai dari Pasar Raya Padang hingga Lubuk Buaya. Menurut Raju Minropa, sukses pengoperasian 10 unit Bus Trans Padang yang ada, menjadi test case bagi jajaran Dishubkominfo Kota Padang untuk mendapatkan lagi lima unit bus massal dari Kementerian Perhubungan RI.
“Kami ditarget tiga bulan untuk itu. Begitu juga pengoperasiannya, kita sudah mempersipkan dengan matang,” ungkapnya.
Dengan penambahan sebanyak lima unit lagi, artinya akan ada 15 unit Bus Trans Padang yang bisa beroperasi. Untuk itu, pihaknya meminta dukungan kepada semua lapisan masyarakat agar keingingan untuk menciptakan transportasi Kota Padang yang layak dan nyaman dapat diwujudkan sehingga Kota Padang bisa menyediakan transportasi yang layak untuk masyarakatnya.
Pada bagian lain, sejumlah argumentasi, termasuk pihak Dishubkominfo Kota Padang bahwa pengoperasian Bus Trans Padang salah satunya adalah sebagai upaya mengurai kemacetan, ditanggapi sinis oleh sejumlah masyarakat. Rata-rata menilai, langkah pihak Dishubkominfo Kota Padang mengoperasikan Bus Trans Padang terlalu dini. Ada yang lebih layak dijadikan skala prioritas, yakni pengadaan terminal untuk angkot, bus kota dan bus AKDP.
“Kalau di Jakarta, bus ini memang efektif untuk mengurai kemacetan. Tapi kalau untuk Padang, saya belum tahu persis,” ujar Budiman (42) warga Tabing.
Menurutnya, kemacetan di Padang, lebih disebabkan pertumbuhan kendaraan, baik pribadi maupun umum cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini seolah tidak terkontrol oleh pihak-pihak berkompeten. Dealer kendaraan roda dua maupun empat begitu jor-joran melempar produk mereka ke pasaran, tidak sepadan dengan kapasitas jalan di Kota Padang. Kehadiran bus massal di Kota Padang justru dikhawatirkan bakal menambah kemacetan.
Kontrol pihak berkompeten, dalam hal ini pihak Dishubkominfo dan Satuan Lalu Lintas Polresta Padang, menurutnya juga belum menyentuh secara maksimal perilaku sopir angkutan kota dan bus kota yang ugal-ugalan di jalan raya.
Kemacetan acap kali terjadi saat jam kerja, pada pagi hari saat masyarakat memulai aktivitas. Begitu pula di siang hari, saat jam pulang anak sekolah. Kemacetan kembali memuncak pada sorenya, saat jam pulang kerja.
Warga Lubuk Buya Ardian (47) menilai, solusi untuk mengatasi kemacetan di Padang tidak cukup hanya dengan mengoperasikan bus massal. Namun, dibutuhkan terminal untuk menertibkan bus AKDP dan travel liar yang sering ngetem di seberang jalan depan Basko Hotel, Air Tawar hingga ke simpang Tabing dan sepanjang jalan Lubuk Begalung-Indarung serta terminal bayangan di kawasan Teluk Bayur.
Menurutnya, keberadaan bus justu mempersempit ruas jalan. Ini diperparah oleh antrean kendaraan yang hendak belok kanan dan juga sejumlah angkot yang dibawa secara ugal-ugalan. Tak jarang kecelakaan sering terjadi akibat penyempitan ruas jalan tersebut. Anehnya, tetap saja terjadi pembiaran atas kondisi tersebut.
“Kalau betul-betul mau mengurai kemacetan, terlalu dini rasanya untuk mengoperasikan bus massal di Kota Padang. Tata dulu angkot dan AKDP. Buatkan mereka terminal, baru melangkah ke bus massal dan sejenisnya. Kalau tidak, saya yakin ini tidak akan berhasil,” tegas Ardian.
Pantauan Haluan di lapangan, titik-titik rawan macet ditemui di depan PT Pos Indonesia cabang Padang, depan SMPN 1 Padang, depan RM Lamun Ombak Ulak Karang, depan kampus UNP, simpang Cendrawasih, simpang Tabing, simpang Tunggul Hitam, stasiun Kereta Api Tabing dan Pasar Lubuk Buaya.
SUMBER : www.harianhaluan.com