Ribuan warga Kota Padang, Sumatera Barat, menumpuk di kawasan Bypass zona hijau dari gelombang tsunami di daerah itu, guna menyelamatkan diri setelah sirine peringatan tsunami berbunyi lantang di pusat kota.
Warga yang memadati lokasi evakuasi, bukan saja yang menggunakan kendaraan roda dua dan empat, tapi sebagian dari mereka berjalan kaki menuju zona hijau tersebut, Rabu (11/4/2012) sore.
Kemacetan jalan raya dari arah pusat kota menuju kawasan jalan Bypass Padang, hingga pukul 18.00 WIB masih tak terhindarkan karena kepadatan kendaraan terus berlangsung, sedangkan sebagian kalangan pelajar harus berjalan kaki pulang dari sekolah.
Wati, seorang pelajar SLTA setempat mengatakan, daripada berlama-lama terjebak macet dengan angkutan kota, lebih baik dirinya jalan kaki agar bisa lebih cepat pulang.
Sebagian warga, karena tak kuasa dengan kepadatan jalan Simpang Haru menuju Jalan M. Hatta lebih memilih mengungsi di masjid di kawasan zona aman itu.
"Kita memilih istirahat di masjid karena mudah menjadi titik pertemuan dengan anggota keluarga. Setelah situasi jalan raya kembali normal dan tak ada gempa susulan, baru kembali ke rumah," kata Risna, warga Purus.
Situasi jalan yang padat itu bisa menghabiskan waktu dalam perjalanan sekitar dua jam (situasi normal Bypass-pusat kota sekitar 30 menit) dan berpotensi kecelakaan karena simpang siur kendaraan.
Risma yang juga perempuan tiga anak itu mengatakan, setelah tsunami melanda Kepulauan Mentawai pada Oktober 2010, kalau ada gempa bumi kuat dirinya selalu menyelamatkan diri ke kawasan lebih aman.
Apalagi, katanya, sirine peringatan tsunami sudah berbunyi sehingga dirinya harus menyelamatkan diri.
"Anggota keluarga sudah menyepakati kalau gempa besar, bertemu di kawasan Bypass," ujarnya.
Kendati sudah adanya imbau melalui petugas berkendaraan patroli BPBD, tampak warga tetap banyak menuju ke berbagai tempat evakuasi, terutama di kawasan Bypass Padang.
Padatnya warga yang mengungsi di kawasan Bypass, di sisi lain membawa keberuntungan kalangan pedagang karena banyak warga yang berbelanja terutama makanan.
Mereka menjajakan kepada warga yang mengungsi di masjid antara lain berupa air minum kemasan dan makanan ringan seperti makanan goreng dan bakwan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru melaporkan bahwa gempa bumi di Aceh pada Rabu pukul 15.38.29 WIB mengguncang lima provinsi di Sumatra yakni Aceh, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
"Gempa tektonik itu berlokasi di 2.31 lintang utara, 92,67 bujur timur atau sekitar 146 barat daya Simeulue Aceh dengan kedalaman 10 kilometer," kata Analis BMKG Pekanbaru Slamet Riyadi
Warga yang memadati lokasi evakuasi, bukan saja yang menggunakan kendaraan roda dua dan empat, tapi sebagian dari mereka berjalan kaki menuju zona hijau tersebut, Rabu (11/4/2012) sore.
Kemacetan jalan raya dari arah pusat kota menuju kawasan jalan Bypass Padang, hingga pukul 18.00 WIB masih tak terhindarkan karena kepadatan kendaraan terus berlangsung, sedangkan sebagian kalangan pelajar harus berjalan kaki pulang dari sekolah.
Wati, seorang pelajar SLTA setempat mengatakan, daripada berlama-lama terjebak macet dengan angkutan kota, lebih baik dirinya jalan kaki agar bisa lebih cepat pulang.
Sebagian warga, karena tak kuasa dengan kepadatan jalan Simpang Haru menuju Jalan M. Hatta lebih memilih mengungsi di masjid di kawasan zona aman itu.
"Kita memilih istirahat di masjid karena mudah menjadi titik pertemuan dengan anggota keluarga. Setelah situasi jalan raya kembali normal dan tak ada gempa susulan, baru kembali ke rumah," kata Risna, warga Purus.
Situasi jalan yang padat itu bisa menghabiskan waktu dalam perjalanan sekitar dua jam (situasi normal Bypass-pusat kota sekitar 30 menit) dan berpotensi kecelakaan karena simpang siur kendaraan.
Risma yang juga perempuan tiga anak itu mengatakan, setelah tsunami melanda Kepulauan Mentawai pada Oktober 2010, kalau ada gempa bumi kuat dirinya selalu menyelamatkan diri ke kawasan lebih aman.
Apalagi, katanya, sirine peringatan tsunami sudah berbunyi sehingga dirinya harus menyelamatkan diri.
"Anggota keluarga sudah menyepakati kalau gempa besar, bertemu di kawasan Bypass," ujarnya.
Kendati sudah adanya imbau melalui petugas berkendaraan patroli BPBD, tampak warga tetap banyak menuju ke berbagai tempat evakuasi, terutama di kawasan Bypass Padang.
Padatnya warga yang mengungsi di kawasan Bypass, di sisi lain membawa keberuntungan kalangan pedagang karena banyak warga yang berbelanja terutama makanan.
Mereka menjajakan kepada warga yang mengungsi di masjid antara lain berupa air minum kemasan dan makanan ringan seperti makanan goreng dan bakwan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pekanbaru melaporkan bahwa gempa bumi di Aceh pada Rabu pukul 15.38.29 WIB mengguncang lima provinsi di Sumatra yakni Aceh, Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
"Gempa tektonik itu berlokasi di 2.31 lintang utara, 92,67 bujur timur atau sekitar 146 barat daya Simeulue Aceh dengan kedalaman 10 kilometer," kata Analis BMKG Pekanbaru Slamet Riyadi